Komposisi adalah pengorganisasian elemen-elemen visual dalam frame. Frame merupakan ukuran secara rill bagi penonton televisi dari apa yang dilihat dan didengar melalui pesawat televisi. Komposisi yang baik adalah aransemen dari unsur-unsur gambar untuk membentuk satu kesatuan yang serasi (harmonis) secara keseluruhan.
Komposisi gambar pada dasarnya tidak mempunyai aturan-aturan yang mutlak. Dalam buku Produksi Acara Televisi (1994:114), Darwanto Sastro Subroto menyatakan :
Sebenarnya masalah komposisi gambar pada dasarnya tidak dapat dipelajari secara khusus, sebab komposisi merupakan sesuatu yang benar-benar enak ditonton, baik untuk kita sendiri maupun orang lain, karena itu semakin sering kita mengamati obyek-obyek yang erat hubungannya dengan masalah komposisi gambar, seperti sering menonton film, pameran lukisan, pameran fotografi, majalah-majalah bergambar, niscaya kita akan terbawa untuk mendalami masalah komposisi tadi dan kemudian akan tumbuh cita rasa kita tentang masalah ini, sehingga akhirnya kita mampu mengevaluasi obyek-obyek yang kita tonton dan akhirnya kita mengetahui bagaimana komposisi yang baik.
Namun dalam melakukan komposisi, seorang cameraman dapat mengacu pada metode tertentu yaitu :
1. Golden Mean
Apabila layar televisi dibagi menjadi tiga bagian baik secara horizontal dan vertikal, maka di keempat titik pertemuan dari garis-garis tersebut menjadi area yang cocok untuk menempatkan elemen yang menjadi pusat perhatian. Metode inilah yang disebut golden mean. Metode ini bisa digunakan untuk pengkomposisian dua buah obyek.
Metode ini menempatkan obyek kedalam suatu bentuk segitiga. Point atau obyek penting diletakkan di puncak segitiga agar bisa menarik perhatian.
Point atau obyek penting yang menjadi perhatian harus didukung dengan elemen lainnya dalam frame. Metode triangulation memberikan kesan kuat dan seimbang.
Menurut Peter Jones dalam bukunya “The Technique of Television Cameraman”(1974:79), komposisi yang baik dapat dibangun dengan memperhatikan beberapa hal yaitu :
1. Massa
Massa memiliki pengertian penggambaran berat dari obyek, seseorang atau kelompok. Massa akan menangkap dan menahan perhatian melalui penggambaran bobot beratnya.
Pada frame kadang terdapat beberapa elemen gambar, misalnya pengambilan gambar simple shot seorang pembaca berita. Didalam frame tersebut terdapat elemen lainnya yaitu meja dan setting lain dalam background-nya, sehingga elemen-elemen massa dari obyek-obyek tersebut harus dirangkai atau diatur dalam sebuah shot agar dapat tercipta gambar yang seimbang dan tidak mengganggu obyek yang penting.
2. Garis
Garis di sini dapat diartikan sebagai kontur sesungguhnya dari sebuah obyek atau hanya sebuah garis imajiner saja. Garis dapat menyampaikan atmosfer sesungguhnya dalam scene.
Untuk komposisi yang efektif, garis-garis sesungguhnya tidak boleh membagi gambar ke dalam bagian yang sama besar. Garis lurus tidak boleh sejajar dengan salah satu pinggir bingkai agar tidak monoton.
3. Tone
Tone disini diartikan sebagai terang gelap. Dengan mengatur terang gelapnya gambar maka dapat menambah kesan artistik dalam sebuah komposisi. Cameraman hanya dapat mengontrol sedikit tone yang terdapat dalam scene, karena pada dasarnya untuk menciptakan tone adalah tugas dari set designer (penata artistik) atau lighting director. Tone dapat berfungsi untuk menegaskan obyek yang menjadi pusat perhatian.
4. Kedalaman
Gambar televisi merupakan gambar dua dimensi karena itu diperlukannya kreatifitas untuk memberikan kesan tiga dimensi pada gambar tersebut agar lebih hidup.
Kedalaman (depth) bisa diperoleh melalui pengaturan camera angle, camera blocking, dan elemen visual lain yang mendukung produksi (penataan properti, dekorasi, penataan cahaya). Pemanfaatan foreground (latar depan), middleground (latar tengah), background (latar belakang) juga bisa menambah kesan tiga dimensi. Jika dalam frame terdapat lebih dari satu bidang kedalaman maka akan lebih menarik dan lebih hidup.
Untuk mendapatkan komposisi yang baik, menurut Darwanto Sastro Subroto dalam bukunya Produksi Acara Televisi (1994 : 14), diantaranya yaitu :
1. Layar televisi sangat terbatas karena itu dapat memanfaatkan keterbatasan layar tadi, dengan cara menunjukkan sesuatu yang jelas dan sering melakukan pergantian shot akan membantu.
2. Layar televisi konvensional mempunyai aspek ratio 3:4, bila ingin menunjukkan obyek secara jelas, harus selalu berpedoman pada aspek ratio.
3. Gambar pada layar televisi hanya dua dimensi, karena itu hanya dengan kreatifitas gambar yang dihasilkan mempunyai kesan tiga dimensi, sehingga lebih hidup, misalnya dengan memanfaatkan efek lampu, penggunaan foreground, middleground dan background.
4. Gambar yang dihasilkan kamera akan berkurang 10% setelah diterima pada pesawat penerima, karena itu harus hati-hati dalam penempatan gambar di dalam bingkai agar gambar yang baik tidak terpotong.
1. Garis dan bentuk adalah elemen yang bisa menciptakan ruang kedalaman dan kedinamisan sehingga menjadikan gambar tampak lebih hidup. Misalnya garis horizontal akan memberikan suasana tenang dan membentuk cakrawala. Garis vertical seperti pohon dan gedung pencakar langit akan memberikan atmosfer yang lebih dinamis. Garis diagonal juga akan memberikan kekuatan pada gambar. Garis lengkung juga bisa memberikan kesan yang menakjubkan.
2. Triangulasi : mengarahkan pandangan mata ke pusat perhatian (center of interest) dengan mengikuti rumus pertigaan, membangun komposisi lebih balance, maka subyek-subyek kecil yang menempati ruang yang lebih luas akan tampak dominan dan memperkuat kedalaman gambar.
3. Memperhatikan obyek yang mengganggu gambar dengan menaikkan atau menurunkan posisi kamera untuk mendapatkan sudut pengambilan gambar yang tepat sekaligus menonjolkan subyek dari latar belakang yang seragam.
4. Menempatkan bingkai atau frame alami.
5. Menemukan garis, bentuk dan tema-tema yang berulang untuk menciptakan semacam ritme.
0 komentar:
Posting Komentar